tag:blogger.com,1999:blog-62074255514922515142024-03-13T14:12:40.088-07:00Perekonomian IndonesiaNovyan Andriantohttp://www.blogger.com/profile/04433902486037413266noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-6207425551492251514.post-45682775174409387902012-04-08T07:14:00.000-07:002012-04-08T07:14:02.907-07:00Tugas 2<ul style="color: white; text-align: justify;">
<li><span style="font-size: large;">Apa yang dimaksud dengan kemiskinan menurut beberapa ahli?</span></li>
</ul>
<div style="color: white; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"> Jawab :</span></div>
<div style="color: white; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b><span> </span></b><span>Dalam praktek, negara kaya
mempunyai garis kemiskinan relatif yang</span><span> lebih tinggi dari pada negara
miskin <b>seperti pernah dilaporkan oleh
Ravallion</b></span><b><span> (1998
: 26).</span></b><span>
Paper tersebut menjelaskan mengapa, misalnya, angka</span><span id="yui_3_2_0_1_13338921032571874"> kemiskinan resmi (official
figure) pada awal tahun 1990-an mendekati 15</span><span> persen di Amerika Serikat dan
juga mendekati 15 persen di Indonesia</span><span> (negara yang jauh lebih miskin).
Artinya, banyak dari mereka yang</span><span> dikategorikan miskin di Amerika
Serikat akan dikatakan sejahtera menurut</span><span> standar
Indonesia.</span><span></span><span> Soetandyo Wignjosoebroto dalam
“Kemiskinan Struktural : Masalah dan Kebijakan”</span><span> yang dirangkum oleh <b>Suyanto (1995:59)</b> mendefinisikan
“Kemiskinan</span><span> struktural adalah kemiskinan yang
ditengarai atau didalihkan bersebab dari</span><span> Analisis dan kondisi struktur,
atau tatanan kehidupan yang tak menguntungkan”.</span><span> Dikatakan tak menguntungkan
karena tatanan itu tak hanya menerbitkan</span><span> akan tetapi (lebih lanjut dari
itu!) juga melanggengkan kemiskinan di dalam</span><span> masyarakat.</span><span> “Kemiskinan, Kebudayaan, dan</span><span> Gerakan Membudayakan Keberdayaan”
yang <b>dirangkum oleh Suyanto (1995:59) </b>mendefinisikan<b> “Kemiskinan adalah</b> suatu
ketidak-berdayaan”.</span><span> Keberdayaan itu sesungguhnya
merupakan fungsi kebudayaan. Artinya,</span><span> berdaya tidaknya seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat dalam</span><span> kenyataannya akan banyak
ditentukan dan dipengaruhi oleh determinandeterminan</span><span> sosial-budayanya (seperti posisi,
status, dan wawasan yang</span><span id="yui_3_2_0_1_13338921032571883"> dipunyainya). Sebaliknya, semua
fasilitas sosial yang teraih dan dapat</span><span> didayagunakan olehnya, akan ikut
pula menentukan keberdayaannya kelak</span><span> di dalam pengembangan dirinya di
tengah masyarakat. Acapkali timbul</span><span> suatu rasa pesimis di kalangan
orang miskin dengan merasionalisasi</span><span> keadaannya bahwa hal itu “sudah
takdir”, dan bahwa setiap orang itu</span></span></div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="color: white; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span>sesungguhnya sudah mempunyai
suratan nasibnya sendiri-sendiri, yang mestinya malah harus disyukuri.
Oleh karena itu, Soetandyo menyarankan ditingkatkannya “Gerakan Membudayakan Keberdayaan” pada lapisan masyarakat bawah.</span></span></div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="color: white; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span> </span></span></div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="color: white; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span> </span></span></div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="color: white; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-size: large;"><span>Maksud pertumbuhan dan pemerataan dalam konteks pembangunan ekonomi Indonesia selama ini?</span></span></li>
</ul>
<span style="font-size: large;"><span> Jawab :</span></span></div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="color: white; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span> Tujuan dari pembangunan adalah
kemakmuran bersama. Pemerataan hasil pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi untuk menciptakan kemakmuran bersama merupakan tujuan pembangunan yang
ingin dicapai. Tingkat pertumbuhan yang tinggi tanpa disertai pemerataan
pembangunan hanyalah menciptakan perekonomian yang lemah dan eksploitasi sumber
daya manusia yang tinggi untuk menciptakan kemakmuran bersama. Dari segi
pendidikan, Indonesia masih mengalami masalah ketidakmerataan pendidikan.
Rendahnya tingkat pendidikan akan mengakibatkan rendahnya produktivitas dan
berakibat pula pada rendahnya tingkat pendapatan. Kesenjangan tingkat
pendidikan mengakibatkan adanya kesenjangan tingkat pendapatan yang semakin
besar. Pemerataan hasil pembangunan perlu diupayakan supaya pembangunan dapat
dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Pemerataan pendidikan dan pemerataan
fasilitas kesehatan merupakan salah satu upaya penting yang diharapkan
meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dengan menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas. Dan banyak hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah
sebagai upaya untuk meningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangynan Indonesia,
sebagai contoh dengan mengefisiensikan penerimaan pajak, meningkatkan
perdagangan dengan luar negeri, meningkatkan investasi langsung dan lain
sebagainya</span></span><span style="font-size: large;"><span> </span></span></div>Novyan Andriantohttp://www.blogger.com/profile/04433902486037413266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6207425551492251514.post-49428058581691645942012-04-08T06:56:00.000-07:002012-04-08T07:02:09.508-07:00Tugas 1<ul style="color: white; text-align: justify;">
<li><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: large;"><span id="yui_3_2_0_1_13338921032571863">Jelaskan mengenai Distribusi Pendapatan Nasional dan Kemiskinan di Indonesia</span></span></li>
</ul>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" id="yui_3_2_0_1_13338921032571853" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span id="yui_3_2_0_1_13338921032571863"> Jawab :</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span id="yui_3_2_0_1_13338921032571863"> Masalah
besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparatis (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi memicu
terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya
kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut akan membuat
keadaan masalah tersebut semakin buruk, dan tidak jarang menimbulkan
konsekuensi negatif terhadap kondisi sosial dan politik. Masalah kesenjangan
dan kemiskinan tidak saja dihadapi negara yang sedang berkembang, namun
negara yang maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini. Perbedaannya
terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat kesenjangandan angka
kemiskinan yang terjadi,serta kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh
luas wilayah dan jumlah penduduk suatu negara. Semakin besar angka kemiskinan
,semakin tinggi pula tingkat kesulitan mengatasinya. Negara maju menunjukan
tingkat kesenjangan pendapatan dan angka kemiskinan dan relative kecil
dibanding negara yang sedang berkembang,dan untuk mengatasinya terlalu sulit
mengingat GDP dan GNP mereka relative tinggi. Walaupun demikian masalah ini
bukan hanya menjadi internal suatu negara,namun telah menjadi permasalahan
bagi dunia intenasional.</span></span></div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"> Bagi
upaya yang telah dan sedang dilakukan oleh dunia internasional ,baik berupa
bantuan maupun pinjaman pada dasarnya merupakan upaya sistematis untuk
memperkecil kesenjangan pendapatan dan tingkat kemiskinan yang terjadi di
negara-negara miskin dan berkembang. Beberapa lembaga internasional seperti
IMF dan Bank Dunia serta lembaga-lembaga keuangan lainnya berperan dalam hal
ini. Kesalahan pengambilan kebijakan dalam pemanfaatan bantuan dan atau
pinjaman tersebut justru dapat berdampak buruk bagi struktur sosial dan
perekonomian negara yang bersangkutan.Perbedaan timbul karena adanya
perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi terutama
kepemilikan barang modal (capital stock). Pihak (kelompok masyarakat)
yang memilki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh
pendapatan yang lebih banyak pula. Menurut teori neoklasik, perbedaan
pendapatan dapat dikurangi melalui proses penyesuaian otomatis,yaitu melalui
proses “penetasan” hasil pembangunan ke bawah (trickle down) dan kemudian
menyebar sehingga menimbulkan keseibangan baru. Penetapan pajak pendapatan
/penghasilan akan memngurangi pendapatan penduduk yang pendapatannya
tinggi.Sebaliknya subsidi akan membantu penduduk yang pendapatannya rendah
asalkan tidak salah dalam pengalokasiannya.</span><br />
<br />
<ul>
<li><span style="font-size: large;">Terangkan tentang bagaimana menganalisis Distribusi Pendapatan !</span></li>
</ul>
</div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"> Jawab :</span></div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"> </span><span id="yui_3_2_0_1_13338921032571869" style="font-size: large;">Di dalam
suatu perekonomian pendapatan tercipta melalui suatu kegiatan produksi.
Kegiatan produksi berlangsung dengan bantuan faktor-faktornya, seperti tanah,
tenaga kerja, modal dan <i>enterpreneur</i>. Di satu pihak ada perusahaan
yang melakukan produksi dan di pihak lain ada kelompok masyarakat selaku
penyedia faktor-faktor produksi. Di dalam perputaran kegiatan perekonomian,
antara perusahaan dan rumah tangga (masyarakat) terjadi arus timbal balik.
Pihak rumah tangga menerima pembayaran atas harga dari faktor produksi yang
disediakan berupa gaji/upah, sewa bunga dan keuntungan. Pihak perusahaan
menerima pembayaran sebagai harga barang dan jasa yang diproduksikan. Dari
proses ini menimbulkan semacam pola pembagian pendapatan, yang pada dasarnya
dapat merupakan suatu ukuran tentang keadaan distribusi pendapatan, yang
dalam konteks teori ekonomi merupakan salah satu indikator dalam pembangunan
ekonomi seperti telah dijelaskan sebelumnya. </span></div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Pada
dasarnya ada dua pendekatan analitis di dalam menilai distribusi pendapatan,
yaitu: </span></div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-size: large;"> Distribusi pendapatanfungsional yang berasal dari teori produktivitas
marginal, atau lebih dikenal sebagai distribusi balas jasa input dalam teori
ekonomi mikro,</span><span style="font-size: large;"> </span></li>
<li><span style="font-size: large;">Distribusi pendapatan antar kelompok, atau distribusi besarnya pendapatan
relatif terhadap total. Pendekatan ini merupakan konsep empiris untuk
menentukan atau menilai bagaimana pendapatan total populasi telah terbagi
diantara unit-unit penerima pendapatan.</span><span style="font-size: large;"> </span></li>
</ul>
<span style="font-size: large;"> Konsep
distribusi pendapatan fungsional adalah sumbangan dari para ahli ekonomi
klasik yang tertarik pada distribusi pendapatan di antara penduduk, dandengan
anggapan yang disederhanakan yakni pemilikan dari faktor-faktor produksi
utama. Konsep dari pendekatan ini, melacak pembagian pendapatan yang
dihasilkan oleh kegiatan produksi yang diikutsertakan dalam kegiatan
tersebut. Perangkat analisisnya adalah fungsi produksi serta alokasi faktor-faktor
produksi yang diikutsertakan dalam fungsi. Pendekatan ini jarang dipakai
karena teori mendasarinya menilai hubungan antara balas jasa input yang
dipergunakan dengan output yang dihasilkan di dalam suatu proses produksi
spesifik. Pendekatan yang lazim digunakan adalah pendekatan kedua, atau
distribusi pendapatan antar kelompok.</span></div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Pada
pendekatan ini ada dua cara yang lazim digunakan untuk langsung menilai
status distribusi pendapatan yaitu :</span></div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-size: large;">penaksiran distribusi persentase pendapatan yang diterima masing-masing
golongan.</span><span style="font-size: large;"> </span></li>
<li><span style="font-size: large;">penaksiran dengan indikator khusus.</span></li>
</ul>
</div>
<div class="yiv2108809034MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"> Penaksiran
pertama dilakukan dengan membagi kelompok-kelompok pendapatan ke dalam <i>decile
</i>atau <i>quantile </i>yang akan menggambarkan pola pembagian pendapatan di
dalam suatu kelompok masyarakat. Hasil dari pengelompokkan ini merupakan
suatu dasar untuk menggambarkan sebuah kurva Lorenz. Kurva ini memperlihatkan
hubungan kuantitatif yang sebenarnya (<i>actual</i>) antara persentase
penerima penghasilan dan persentase jumlah penghasilan yang mereka terima
sebenarnya dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun (Todaro, 2008). Penaksiran
yang kedua adalah menilai atau mengukur suatu distribusi pendapatan
berdasarkan indikator yang seringkali didekati dengan cara statistik dan cara
empiris. Cara statistik terdiri dari range, perbedaan relatif, varian,
Koefisien Pearson dan lainnya. Cara empiris meliputi Koefisien Pareto,
Koefisien Gini, Index Gibrat, Index Kuznets, Index Theil, Index Oshima dan
lainnya. Pendekatan lain yang seringkali digunakan untuk melengkapi kedua
pendekatan terdahulu, yakni pendekatan absolut dengan menggunakan ukuran
batas kemiskinan dan kebutuhan dasar manusia. Ukuran yang sering digunakan:
kebutuhan kalori dan protein, ukuran Sejogyo dan ukuran dari Bank Dunia. Berbagai
macam alat pengukuran banyak dijumpai dalam mengukur tingkat distribusi
pendapatan penduduk. Diantara alat tersebut yang sangat umum dipergunakan
adalah Gini Indeks. </span></div>
<span style="font-size: large;"> </span></div>
</div>Novyan Andriantohttp://www.blogger.com/profile/04433902486037413266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6207425551492251514.post-41198732230323677822012-04-01T21:40:00.001-07:002012-04-05T03:54:28.580-07:00Perkembangan Ekspor Impor di Indonesia<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
<h2>
<span style="font-size: large;"><br /></span></h2>
</div>
<div class="MsoListParagraph" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: center; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">PENDAHULUAN</span><span style="font-size: large; line-height: 150%;"><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;"><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> A. </span></span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Latar
Belakang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;"> Negara-negara
manapun di dunia ini tentu tidak terlepas dari akitifitas perdagangan dengan
negara lain, seiring perkembangannya maka tiap negara memiliki komoditas
andalan untuk diperdagangkan dengan negara lain. Setiap negara memiliki sumber
daya alam yang berbeda-beda satu sama lain yang tidak terdapat di negara lain,
suatu negara yang membutuhkan komoditi yang tidak tersedia di negaranya tetapi
tersedia di negara lain, maka negara tersebut akan melakukan perdagangan atau
pertukaran komoditi dengan negara lain sehingga terjadilah kegiatan ekspor dan
impor tiap negara. Karena pentingnya hal itu maka tiap negara melakukan
kebijakan ekspor-impor. </span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"> Sebelum membahas
lebih jauh mengenai kegiatan ekspor – impor mari kita pahami terlebih dahulu
pengertian keduanya. Ekspor
adalah proses transportasi <span style="text-decoration: none;">barang</span> atau <span style="text-decoration: none;">komoditas</span> dari suatu <span style="text-decoration: none;">negara</span> ke negara lain.<sup> </sup>Proses ini seringkali digunakan oleh
perusahaan dengan skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama
untuk bersaing di tingkat internasional. Sedangkan Impor adalah adalah proses <span style="text-decoration: none;">transportasi</span> <span style="text-decoration: none;">barang</span> atau <span style="text-decoration: none;">komoditas</span> dari
suatu <span style="text-decoration: none;">negara</span> ke
negara lain secara <span style="text-decoration: none;">legal</span>, umumnya dalam proses <span style="text-decoration: none;">perdagangan</span>. Proses
impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain
ke dalam negeri. Impor merupakan bagian penting dari perdagangan internasional.
Ekspor impor merupakan kegiatan perdagangan yang memerlukan perhatian khusus
bagi pemerintah kita dimana begitu beraneka ragamnya permasalahan yang dihadapi.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: large;">B. Rumusan
Masalah</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Adapun masalah-masalah yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :</span></div>
<ul style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
<li><span style="font-size: large;">Bagaimana Perkembangan Ekspor dan Impor
Indonesia?</span><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-size: large; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></li>
<li><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-size: large; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-size: large;">Bagaimana kondisi </span><span lang="EN-US" style="font-size: large;">E</span><span style="font-size: large;">kspor </span><span lang="EN-US" style="font-size: large;">I</span><span style="font-size: large;">mpor indonesia dewasa ini?</span><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-size: large; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></li>
<li><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-size: large; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-size: large;">Apa saja faktor-faktor pendorong suatu negara
melakukan perdagangan internasional?</span><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-size: large; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></li>
<li><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-size: large; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-size: large;">Manfaat melakukan Ekspor Impor?</span></li>
</ul>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: large;">C. Tujuan Penulisan</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;">Makalah ini
disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas soft skill dari mata kuliah
Perekonomian Indonesia yang dibimbing oleh dosen mata kuliah yang bersangkutan.
Selain itu juga banyak hal yang didapat untuk penulis terutama dalam kegiatan
ekspor – impor.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div align="center" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">ISI</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: large;"> 1. </span><span style="font-size: large;">Perkembangan
Ekspor – Impor di Indonesia</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;">Perkembangan
Ekspor dan Impor Indonesia Sejak tahun 1987 ekspor Indonesia mulai didominasi
oleh komoditi non migas dimana pada tahun-tahun sebelumnya masih didominasi
oleh ekspor migas. Pergeseran ini terjadi setelah pemerintah mengeluarkan
serangkaian kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor, sehingga memungkinkan
produsen untuk meningkatkan ekspot non migas. Pada tahun 1998 nilai ekspor non
migas telah mencapai 83,88% dari total nilai ekspor Indonesia, sementara pada
tahun 1999 peran nilai ekspor non migas tersebut sedikit menurun, menjadi
79,88% atau nilainya 38.873,2 juta US$ (turun 5,13%). Hal ini berkaitan erat
dengan krisis moneter yang melanda indonesia sejak pertengahan tahun 1997. </span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;">Tahun 2000
terjadi peningkatan ekspor yang pesat, baik untuk total maupun tanpa migas,
yaitu menjadi 62.124,0 juta US$ (27,66) untuk total ekspor dan 47.757,4 juta
US$ (22,85%) untuk non migas. Namun peningkatan tersebut tidak berlanjut
ditahun berikutnya. Pada tahun 2001 total ekspor hanya sebesar 56.320,9 juta
US$ (menurun 9,34%), demikian juga untuk eskpor non migas yang menurun 8,53%.
Di tahun 2003 ekspor mengalami peningkatan menjadi 61.058,2 juta US$ atau naik
6,82% banding eskpor tahun 2002 yang sebesar 57.158,8 juta US$. Hal yang sama
terjadi pada ekspor non migas yang naik 5,24% menjadi 47.406,8 juta US$. Tahun
2004 ekspor kembali mengalami peningkatan menjadi 71.584,6 juta US$ (naik
17,24%) demikian juga ekspor non migas naik 18,0% menjadi 55.939,3 juta US$.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;">Pada tahun
2006 nilai ekspor menembus angka 100 juta US$ menjadi 100.798,6 juta US$ atau
naik 17,67%, begitu juga dengan ekspor non migas yang naik 19,81% dibandingkan
tahun 2005 menjadi 79.589,1 juta US$. Selama lima tahun terakhir, nilai impor
Indonesia menunjukkan trend meningkat rata-rata sebesar 45.826,1 juta US$ per
tahun. Pada tahun 2006, total impor tercatat sebesar 61.065,5 juta US$ atau
meningkat sebesar 3.364,6 juta US$ (5,83%) dibandingkan tahun 2005. Peningkatan
ini disebabkan oleh meningkatnya impor migas sebesar 1.505,2 juta US$ (8,62%)
menjadi 18.962,9 juta US$ dan non migas sebesar 1.859,4 juta US$ (4,62%)
menjadi 42.102,6 juta US$. Pada periode yang sama, peningkatan impor terbesar
54,15% dan non migas sebesar 39,51%. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia
Januari-Oktober 2008 mencapai 118,43 juta US$ atau meningkat 26,92% dibanding
periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor non migas mencapai 92,26 juta
US$ atau meningkat 21,63%. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil
pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut
meningkat masing-masing 34,65%, 21,04%, dan 21,57% dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya.</span><br />
<span style="font-size: large;"> Adapun selama periode ini
pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan kontribusi 58,8% terhadap total
ekspor non migas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan
nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang
dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak,
dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang
dari kayu, serta timah. Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10
golongan barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80% terhadap total
ekspor non migas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut
meningkat 27,71% terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan
ekspor non migas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008 sebesar
41,20%. </span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;">Jepang pun
masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$11,80 juta
(12,80%), diikuti Amerika Serikat dengan nilai 10,67 juta US$ (11,57%), dan Singapura
dengan nilai 8,67 juta US$ (9,40%). Peranan dan perkembangan ekspor non migas
Indonesia menurut sektor untuk periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding
tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor produk pertanian, produk industri serta
produk pertambangan dan lainnya masing-masing meningkat 34,65%, 21,04%, dan
21,57%. Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober
2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13%, sedangkan
kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31%, dan kontribusi ekspor
produk pertambangan adalah sebesar 10,46%, sementara kontribusi ekspor migas
adalah sebesar 22,10%. Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia
membaik dan meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial
global, kondisi ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per
September yang sempat mengalami penurunan 2,15% atau menjadi 12,23 juta US$
bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year mengalami
kenaikan sebesar 28,53%.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;">Dilihat dari
kontribusinya, rata-rata peranan impor migas terhadap total impor selama lima
tahun terakhir mencapai 26,15% dan non migas sebesar 73.85% per tahun.
Dibandingkan tahun sebelumnya, peranan impor migas meningkat dari 30,26%
menjadi 31,05% di tahun 2006. Sedangkan peranan impor non migas menurun dari
69,74% menjadi 68,95%. Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus,
sebab menurut golongan penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi
dan bahan baku/penolong selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan
sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77% dan 75,65% menjadi 5,99% dan 74,89%.
Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58% menjadi 19,12%.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;">Sedangkan
dilihat dari peranannya terhadap total impor non migas Indonesia selama
Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan terbesar
yaitu 17,99%, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15%, besi dan baja
sebesar 8,80%, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98%, bahan kimia organik sebesar
5,54%, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16%, dan barang dari besi dan
baja sebesar 3,27%. Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan
peranan di bawah tiga% yaitu pupuk sebesar 2,43%, serealia sebesar 2,39%, dan
kapas sebesar 1,98%. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai
67,70% dari total impor non migas dan 50,76% dari total impor keseluruhan. Data
terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai impor non migas Kawasan
Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar 1,78 juta US$. Angka tersebut
mengalami defisit sebesar US$9,3 juta atau 0,52% dibanding September 2008. </span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;">Sementara
itu, dari total nilai impor non migas Indonesia selama periode tersebut sebesar
64,62 juta US$ atau 76,85% berasal dari 12 negara utama, yaitu China sebesar
12,86 juta US$ atau 15,30%, diikuti Jepang sebesar 12,13 juta US$ (14,43%).
Berikutnya Singapura berperan 11,29%, Amerika Serikat (7,93%), Thailand
(6,51%), Korea Selatan (4,97%), Malaysia (4,05%), Australia (4,03%), Jerman
(3,19%), Taiwan (2,83%), Prancis (1,22%), dan Inggris (1,10%). Sedangkan impor
Indonesia dari ASEAN mencapai 23,22% dan dari Uni Eropa 10,37%.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: large;"> 2. </span><span style="font-size: large;">Kondisi Ekspor Indonesia Dewasa Ini</span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;"> Ekspor Indonesia pada Desember 2010
mengalami peningkatan sebesar 7,36 persen dibanding November 2010, yaitu dari
US$15.633,3 juta menjadi US$16.783,4 juta. Bila dibandingkan dengan Desember
2009, ekspor mengalami peningkatan sebesar 25,74 persen.</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Peningkatan
ekspor Desember 2010 disebabkan oleh meningkatnya ekspor nonmigas sebesar 5,42 persen
yaitu, dari US$12.816,9 juta menjadi US$13.511,0 juta. Demikian juga ekspor
migas mengalami peningkatan sebesar 16,19 persen dari US$2.816,4 juta menjadi
US$3.272,4 juta. Lebih lanjut peningkatan ekspor migas disebabkan oleh
meningkatnya ekspor minyak mentah sebesar 6,74 persen menjadi US$1.237,7 juta
dan ekspor hasil minyak naik sebesar 59,69 persen menjadi US$470,3 juta, dan ekspor
gas naik sebesar 14,83 persen menjadi US$1.564,4 juta. Sementara volume ekspor
migas Desember 2010 terhadap November 2010 (berdasarkan data Pertamina dan BP
Migas) untuk minyak mentah dan hasil minyak masing-masing naik 1,68 persen dan
72,17 persen, demikian juga ekspor gas naik 10,97 persen. Harga minyak mentah
Indonesia di pasar dunia naik dari US$85,07 per barel di November 2010 menjadi US$91,37 per barel
di Desember 2010.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;"> Bila dibandingkan dengan Desember
2009, nilai ekspor Desember 2010 mengalami peningkatan 25,74 persen.
Peningkatan ini disebabkan naiknya ekspor nonmigas sebesar 24,58 persen dan
ekspor migas sebesar 30,74 persen. Nilai ekspor Indonesia secara kumulatif
selama Januari-Desember 2010 mencapai US$157.732,6 juta atau naik 35,38 persen
dibanding periode yang sama tahun 2009, sementara ekspor nonmigas mencapai
US$129.679,9 juta atau meningkat 33,02 persen.</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;"> Ekspor nonmigas Indonesia pada Desember 2010 ke Jepang,
Cina dan Amerika Serikat masing - masing mencapai US$1.721,9 juta, US$1.695,4
juta, dan US$1.300,8 juta, dengan peranan ketiganya mencapai 34,92 persen. Peningkatan
ekspor nonmigas Desember 2010 jika dibandingkan dengan November 2010 terjadi ke
beberapa negara tujuan utama, yaitu Amerika Serikat sebesar US$176,7 juta;
Malaysia sebesar US$169,5 juta; Jerman sebesar US$97,6 juta; Jepang sebesar
US$46,4 juta; Inggris sebesar US$12,6 juta; dan Perancis sebesar US$6,3 juta.
Sebaliknya, ekspor ke Singapura mengalami penurunan sebesar US$78,3 juta; Korea
Selatan sebesar US$77,7 juta; Cina sebesar US$66,0 juta; Australia sebesar
US$51,8 juta; Taiwan sebesar US$44,4 juta dan Thailand sebesar US$5,4 juta.
Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) pada Desember 2010 mencapai
US$1.930,6 juta. Secara keseluruhan, total ekspor kedua belas negara tujuan
utama diatas naik 2,21 persen. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Pada
periode Januari-Desember 2010, Jepang masih merupakan negara tujuan ekspor
terbesar dengan nilai US$16.500,5 juta (12,72 persen), diikuti Cina dengan
nilai US$14.072,6 juta (10,85 persen), dan Amerika Serikat dengan nilai
US$13.327,2 juta (10,28 persen).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: large;"> 3.</span><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-size: large; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-size: large;">Kondisi Impor Indonesia Dewasa Ini</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"> Keadaan
impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan
penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong
selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu
masing-masing dari 6,77% dan 75,65% menjadi 5,99% dan 74,89%. Sedangkan peranan
impor barang modal meningkat dari 17,58% menjadi 19,12%. </span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"> Sedangkan
dilihat dari peranannya terhadap total impor non migas Indonesia selama
Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan terbesar
yaitu 17,99%, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15%, besi dan baja
sebesar 8,80%, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98%, bahan kimia organik
sebesar 5,54%, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16%, dan barang dari besi
dan baja sebesar 3,27%.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"> Selain
itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga% yaitu
pupuk sebesar 2,43%, serealia sebesar 2,39%, dan kapas sebesar 1,98%. Peranan
impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70% dari total impor non migas
dan 50,76% dari total impor keseluruhan. Data terakhir menunjukkan bahwa selama
Oktober 2008 nilai impor non migas Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea)
adalah sebesar 1,78 juta US$. Angka tersebut mengalami defisit sebesar US$9,3
juta atau 0,52% dibanding September 2008. Sementara itu, dari total nilai impor
non migas Indonesia selama periode tersebut sebesar 64,62 juta US$ atau 76,85%
berasal dari 12 negara utama, yaitu China sebesar 12,86 juta US$ atau 15,30%,
diikuti Jepang sebesar 12,13 juta US$ (14,43%). Berikutnya Singapura berperan
11,29%, Amerika Serikat (7,93%), Thailand (6,51%), Korea Selatan (4,97%),
Malaysia (4,05%), Australia (4,03%), Jerman (3,19%), Taiwan (2,83%), Prancis
(1,22%), dan Inggris (1,10%). Sedangkan impor Indonesia dari ASEAN mencapai
23,22% dan dari Uni Eropa 10,37%.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: large;">4.</span><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-size: large; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-size: large;">Faktor
Pendorong Suatu Negara Melakukan Perdagangan Internasional</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Banyak faktor
yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya
sebagai berikut :</span></div>
<ul style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
<li><span style="font-size: large;">Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam
negeri </span></li>
<li><span style="font-size: large;">Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan
pendapatan negara </span></li>
<li><span style="font-size: large;">Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi </span></li>
<li><span style="font-size: large;">Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga
perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut. </span></li>
<li><span style="font-size: large;">Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya
alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya
perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik
dan dukungan dari negara lain.</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu
negara pun di dunia dapat hidup sendiri.</span></li>
</ul>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="font-size: large;">5.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><span style="font-size: large;">Manfaat
Melakukan Ekpor Impor</span><br />
<span style="font-size: large;"> Manfaat
perdagangan internasional adalah sebagai berikut :</span></div>
<ul style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
<li><span style="font-size: large;">Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di
negeri sendiri. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap
negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat
penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap
negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri </span></li>
<li><span style="font-size: large;">Memperoleh keuntungan dari spesialisasi Sebab
utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang
diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu
barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada
kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar
negeri.</span></li>
<li><span style="font-size: large;">Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya)
dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang
mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan
internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan
menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri. </span></li>
<li><span style="font-size: large;">Transfer teknologi modern</span></li>
</ul>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="font-size: large;">6.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span><span style="font-size: large;">Problema
Ekspor</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"> Barang-barang yang diperdagangkan ke luar
negeri atau di ekspor terdiri dari bermacam-macam jenis hasil bumi disamping
hasil tambang dan hasil laut dan lainnya. Kita mengetahui bahwa masalah ekspor
itu bukanlah persoalan yang berdiri sendiri, tetapi hanyalah sebagai ujung dari
suatu kegiatan ekonomi yang menyangkut bidang yang amat luas, atau paling banyak
dapat dikatakan hanya sebagai salah satu dari satu mata rantai akitifitas
perekonomian pada umumnya. </span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"> Hasil bumi misalnya sebagian dihasilkan
oleh perkebunan-perkebunan milik pemerintah maupun swasta, sedangkan sebagian
lagi oleh petani-petani kecil yang bertebaran diseluruh tanah air. Bahkan
hasil-hasil itu masih bertebaran di hutan. Akan tetapi semuanya itu tidak akan
menjelma menjadi devisa nyata kalau tidak diusahakan. Hasil-hasil itu
setidak-tidaknya harus dikumpulkan lebih dulu sedikit demi sedikit dari tempat
kecil yang terpencil di pedalaman. Dari situ harus diangkut ke kota dan
kemudian dalam umlah yang agak banyak baru diagkut ke pelabuhan yang terdekat.</span><br />
<span style="font-size: large;">Sampai pada taraf itu Indonesia sudah dihadapkan pada masalah-masalah tertentu,
yaitu :</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="font-size: large;">A.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: large;">Masalah pengumpulan dan masalah angkutan darat</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Masalah
pengumpulan merupakan persoalan tersendiri, bagaimana caranya mengumpulkan
barang itu dari tempat-tempat kecil dan dari produsen yang tersebar itu. Bidang
prasarana ekonomi inonesia memang tidak sempurna, sehingga dalam banyak hal
menjadi hambatan dalam usaha ke arah perbaikan dalam bidang-bidang lain.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="font-size: large;">B.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: large;">Masalah pembiayaan Rupiah ( Rupiah Financing)</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Persoalan
pembiayaan ini merupakan pesoalan yang penting pula, apakah keuangan sendiri
dari setiap pengusaha cukup kuat untuk membiayainya, ataukah tidak perlu
bantuan dari bank-bank pemerintah atau badan-badan keuangan lainnya. Kalau
demikian halnya sampai sejauh mana pemerintah dapat memberikan bantuan dalam
pemecahan persoalan pembiayaan rupiah ini.</span><br />
<span style="font-size: large;">Barang ekspor kita sebagian dihasilkan oleh produsen kecil ataupun hanya
dipungut dari hutan-hutan, laut dan sungai. Produsen atau pengumpul pertama itu
mempunyai tingkat pengetahuan dan cara pengolahan yang tidak sama, sehingga
barang yang dihasilkan belum mempunyai mutu yang seragam, bahkan mungkin sekali
belum dilakukan pengolahan sama sekali. Barang masih sedemikian itu sudah tentu
belum dapat diperdagangkan ke luar negeri, tetapi masih perlu di olah lebih
dahulu.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="EN-US" style="font-size: large;">C.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: large;">Masalah sortasi dan Up-grading (sorting &
up-grading)</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">Baik di desa
maupun di kota-kota pelabuhan barang-barang yang sudah terkumpul harus disimpan
dengan baik dan dimasukkan di dalam karung ataupun peti yang kuat sehingga
terhindar dari kemungkinan kerusakan selama dalam penyimpanan atau selama dalam
perjalanan. Jadi dalam hal inipun tidak dapat diabaikan persoalan.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div align="center" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: center;">
<span lang="EN-US" style="font-size: large; line-height: 150%;">KESIMPULAN</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-size: large;"> Kesimpulan yang didapat dari pokok
pembahasan kegiatan ekspor – impor di Indonesia adalah pembuktian bahwa keadaan
ekspor indonesia saat lalu hingga kini menglami perbaikan yang cukup memuaskan
dalam segala aspek akan tetapi ada beberapa aspek yang jika dilihat secara
mendetail tidak perlu adanya kegiatan ekspor dikarenakan sumber yang sangat memadai,
hal demikian bisa dibuat sebagai bahan kajian untuk pemerintah kita untuk lebih
meningkatkan aspek tersebut sehingga akan membuat kegiatan ekspor – impor di
indonesia menjadi jauh lebih baik. Sedangkan dalam hal impor Indonesia juga
memiliki beberapa kekurangan diatas kata cukup yang didapat sehingga perlunya
ada evaluasi yang dapat memperbaiki hal tersebut jauh menjadi lebih baik dari
sebelumnya.</span></div>Novyan Andriantohttp://www.blogger.com/profile/04433902486037413266noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6207425551492251514.post-40066116414421734352012-04-01T06:52:00.000-07:002012-04-05T03:53:41.435-07:00Bantuan Langsung Tunai (BLT) / Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">PENDAHULUAN</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">a.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Latar
belakang</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau sekarang yang
sudah berganti nama menjadi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)
merupakan salah satu tindakan yang diambil oleh pemerintah kita untuk
memberikan subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan di Indonesia. Begitu banyak
pro dan kontra yang muncul atas kebijkan yang diambil pemerintah dalam membantu
masyarakat di Indonesia. Sebelum kita membahas lebih mendalam mengenai
kebijakan yang diambil pemerintah ini mari kita pahami dulu bagaimana BLT/BLSM
ini bisa menjadi kebijakan yang diambil oleh pemerintah kita. Tingkat kesejahteraan
di negara kita dianggap masih sangat kuramg dikarenakan masih begitu banyak
masyarakat yang memiliki kehidupan yang kurang layak yang diakibat oleh beberapa
faktor seperti pengangguran, kelaparan, kemiskinan, dll. Hal tersebut menjadi
hal yang paling sering dibahas didalam ruang DPR mengingat tentang bagaimana
mencari sosuli untuk mengatasinya, dari hasil yang dibicarakan oleh pemerintah
kita maka diambilah sebuah keputuan mengenai subsidi yang diberikan kepada
masyarakat yang kurang mampu yang diharapkan dapat membangun semangat untuk
mendapatkan penghidupan yang lebih baik kedepannya.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">b.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Rumusan
Masalah</span>
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Adapun
masalah – masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut :</span></div>
<ul style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<li><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Seefisien apakah pemberian BLT/BLSM
untuk masyarakat miskin?</span></li>
<li><span style="font-size: large; line-height: 150%;"> </span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Apakah merupakan beban baru BLT/BLSM
untuk masyarakat miskin?</span></li>
<li><span style="font-size: large; line-height: 150%;"> </span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">BLT/BLSM sarat kepentingan politik?</span></li>
<li><span style="font-size: large; line-height: 150%;"> </span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">BLT/BLSM picu konflik?</span></li>
<li><span style="font-size: large; line-height: 150%;"> </span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Salah kaprahkah pengelolahan subsidi
(BLSM/BLT)</span></li>
<li><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Pertimbangkan bantuan sosial bersyarat
(BLT/BLSM) dan bandingkan dengan BLT/BLSM dinegara lain?</span></li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">c.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Tujuan
Penulisan</span>
</div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span lang="IN" style="font-size: large;">Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas soft
skill dari mata kuliah Perekonomian Indonesia yang dibimbing oleh dosen mata
kuliah yang bersangkutan. Selain itu juga banyak hal yang didapat untuk penulis
terutama dalam kegiatan ekspor – impor.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: center;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">ISI </span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">a.</span><span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-size: large; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span style="font-size: large;">Seefisien Apakah Pemberian BLT/BLSM Untuk Masyarakat
Miskin
</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span lang="IN" style="font-size: large;">Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) ditengarai
bertujuan untuk membantu rakyat miskin menikmati subsidi yang diberikan
pemerintah.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">Demikian dikatakan Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Bambang Widianto. Menurut dia, BLSM adalah
pengalihan kompensasi yang tepat guna mengurangi subsidi bahan bakar minyak
(BBM) agar dinikmati rakyat miskin.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">Bambang mengatakan, ratusan triliun yang
dikucurkan pemerintah dalam bentuk subsidi BBM, sebanyak 80 persen dinikmati
orang kaya. Adapun warga miskin hanya menikmati sisa kecil dari subdisi yang
dikucurkan pemerintah. Karena itu, dia menilai lebih tepat kalau subsidi BBM
diganti dengan BLSM, sekitar Rp 18 triliun yang diberikan kepada 18,5 juta
warga miskin.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span lang="IN" style="font-size: large;">Adapun sebanyak 30 persen warga miskin lapisan terbawah
mendapat kucuran dana Rp 900 ribu selama enam bulan atau Rp 150 ribu per bulan.
"Pemerintah menilai pemberian subsidi ke orang langsung lebih tepat
daripada subsidi BBM yang sebagian besar dinikmati orang kaya," kata
Bambang dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (30/3).</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">Pihaknya tidak memungkiri
kalau terjadi penyimpangan penyaluran BLSM bakal menciptakan masalah di tataran
masyarakat. Namun, mengacu pada data Badan Pusat Statistik 2011, sebagian besar
para penerima adalah memang orang-orang yang membutuhkan.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">Dia melanjutkan, rencana
menaikkan harga BBM bukan berarti pemerintah antisubsidi harga premium. Namun,
lebih baik kalau efektivitas keekonomian disalurkan dalam bentuk BLSM, yang
dijadikan rakyat miskin sebagai tambahan penghasilan untuk membeli bahan pokok.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span lang="IN" style="font-size: large;">Sementara itu, Ketua DPP Partai Demokrat, Kastorius Sinaga,
mengatakan penetapan 30 persen warga berpenghasilan terendah berdasarkan hasil
survei Pendataan Program Perlindungan Sosial 2011. Di tengah perdebatan hebat
bahwa BLSM dipergunakan sebagai isu tumpangan untuk menjalankan agenda politik,
dia menilai tudingan itu tidak relevan.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">"BLSM adalah program pemerintah untuk meredam
dampak inflasi dan penurunan daya beli masyarakat yang biasanya terjadi setelah
kenaikan harga BBM. "Pemerintah tak sekadar memindahkan beban kepada
masyarakat, karena kenaikan BBM berlanjut dengan pemberian paket
kompensasi," terangnya.</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">b.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Apakah
Merupakan Beban Baru BLT/BLSM Untuk Masyarakat Miskin</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Pemberian
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) membebani masyarakat. Beragam
konflik sosial baru bakal menghantui pelaksanaannya jika rencana kenaikan harga
BBM disetujui. "Dengan BLSM, pemerintah mengalihkan tanggungjawab terhadap
masyarakat di bidang ekonomi karena kemiskinan hanya dipandang sebagai sebuah
kondisi," jelas Ketua Institute for Ecosoc Rights, Sri Palupi. Menurut
Sri, sejak kenaikan harga BBM perdana pada tahun 2005, bantuan langsung menjadi
salah satu pilihan dalam paket kebijakan kompensasi. Kali ini penerima
bantuannya adalah 18,5 juta rumah tangga. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Palupi
melihat di balik niat meredam dampak inflasi dan penurunan daya beli masyarakat
dalam waktu beberapa bulan, malah muncul banyak kontroversi. "Kontroversi
terjadi karena pencabutan subsidi, terutama di maraknya korupsi dan tingginya
beban utang. Sehingga melukai masyarakat karena beban makin besar ditanggung
bersama," paparnya. Beban yang dimaksudnya karena pembayaran utang dan
bunga dari luar negeri semakin bertambah. Sementara dari sektor internal ada
ketidakmampuan mengoptimalkan penerimaan pajak. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Alokasi
APBN pun tak mampu memberi perbaikan bagi pelayanan publik<br />
Palupi meminta pemerintah agar mempertimbangkan kembali penggelontoran BLSM
untuk tahun 2012 ini. Pasalnya, ada berbagai pengalaman negatif terkait BLT
tahun 2004. Mulai dari pencairannya dilakukan jelang Pemilu, akurasi dan validitas
RT sasaran menciptakan konflik, hingga adanya penolakan para kepala desa
menyalurkan bantuan langsung. Selain membebani pemerintah daerah, Palupi
menganalisa timbulnya konflik di masyarakat karena ketiadaan mekanisme
komplain. Kondisi ini karena ada berbagai masalah penyaluran di lapangan.
Penetapan kebijakan BLSM, imbuh Palupi, tak didasari transparansi perekonomian
negara. Ekonom dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS),
Pande Radja Silalahi, mengakui jika kenaikan BBM membebani ekonomi negara
sekitar Rp 150 triliun hingga Rp 370 triliun. Jenis kompensasi berupa bantuan
langsung justru efektif secara cepat meringankan beban masyarakat kurang mampu.
Pasalnya, data yang dipakai mencakup semua kelompok masyarakat kurang mampu. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Tidak
disetujuinya pengajuan pemerintah atas APBN-P berdampak pada program
penanggulangan kenaikan harga BBM. Termasuk bantuan langsung sementara
masyarakat (BLSM) yang pada akhirnya dihilangkan. “Kalau misalnya tidak ada
kenaikan, tentu BLSM-nya tidak relevan,” kata Menteri Koordinator Perekonomian,
Hatta Rajasa, sebelum sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden. Ia
menegaskan, program BLSM sangat erat kaitannya dengan kenaikan BBM. Kalau BBM
tidak jadi naik, maka BLSM itu menjadi tidak diperlukan. Tak hanya itu,
program-program lainnya yang semula disiapkan pemerintah untuk antisipasi
kenaikan BBM pun otomatis tidak ada. “Kita bisa me-<i>manage</i> dengan
adanya keputusan itu, me-<i>manage</i> yang baik,” kata Hatta. Sebelumnya,
pemerintah lewat Menko Kesra, Agung Laksono, menggawangi program penanggulangan
kenaikan BBM. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Ada
empat program yang disiapkan. Yakni Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
(BLSM) yang sifatnya cash transfer; penambahan subdisi siswa miskin; penambahan
jumlah penyaluran raskin; dan subsidi pengelola angkutan masyarakat/desa. Sebagai
tindak lanjut rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM),
program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) digulirkan. BLSM hampir
sama dengan program Bantuan Langsung Tunai yang sudah pernah digulirkan
pemerintah pada 2005 dan 2009 lalu. Hanya bedanya, jika sebelumnya setiap
kepala keluarga memperoleh Rp100.000, kini meningkat menjadi Rp150.000 dan
diberikan untuk setiap warga. Mereka akan mendapatkan selama sembilan bulan. Tercatat
74 juta jiwa bakal mendapatkan kucuran dari pemerintah tersebut. Seperti
penyaluran BLT yang sudah-sudah, kantor pos bakal menjadi tempat untuk
menguangkan. Berdasarkan data pada 2009, jumlah penerima BLT di Jogja tercatat
19.111 rumah tangga sasaran (RTS), Bantul 63.642 RTS, Gunungkidul 95.374 RTS,
Kulonprogo 42.078 RTS serta Sleman 52.446 RTS. Berkaca pada pembagian yang
sudah-sudah, banyak masalah timbul dari program pemerintah. Pendataan bagi
warga yang berhak mendapatkan BLT itu sendiri seringkali menimbulkan masalah. Banyak
warga masyarakat yang berhak justru tidak mendapat, demikian sebaliknya, mereka
yang sudah berkecukupan justru mendapatkan. Salah satu contohnya pada pembagian
BLT pada 2009 lalu di Kota Jogja, tercatat sebanyak 977 RTS tidak mengambil.
Faktor sudah meninggal dan pindah alamat menjadi alasan RTS tidak mengambil
haknya. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Meski
pemerintah pusat sudah merilis jumlah penerima, hingga saat ini pemerintah di
daerah belum mengetahui jumlah warganya yang akan mendapatkan. Padahal dari
sejumlah pernyataan dari pejabat di Jakarta, April atau saat harga BBM
dinaikkan, menjadi waktu pencairan BLT. Karenanya, mumpung masih ada waktu satu
bulan, hendaknya pemerintah baik di pusat maupun di daerah harus segera mendata
secara pasti jumlah penerima. Jangan sampai, program baru justru mendatangkan
permasalahan baru di masyarakat. Hindari sedini mungkin konflik di masyarakat
dengan cara memastikan data yang valid bagi penerima BLSM. Masalah lain yang
terjadi adalah saat pembagian. Meski sudah ada mekanisme yang jelas, korban
jiwa masih saja terjadi dalam antrean BLT. Berkaca dari kasus yang lalu juga,
mekanisme pencairan hendaknya segera dirumuskan. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Faktor
kemudahan pencairan dan manusiawi harus ditekankan dalam proses pencairan.
Jangan sampai korban timbul lagi dalam pencairan kali ini. Selain itu, baik
pemerintah maupun pihak lain harus mengawasi secara ketat pencairan BLSM kali
ini. Pasalnya dalam pencairan program sebelumnya dengan dalih kearifan lokal,
pemotongan-pemotongan masih saja terjadi. Jika sejumlah masalah itu tidak
diatasi, tujuan BLSM untuk membantu warga miskin justru akan terjadi
sebaliknya.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">c.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">BLT/BLSM
Sarat Kepentingan Politik</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large;">Proses</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> penyaluran Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang rencananya akan dilakukan pada awal
April 2012, sarat dengan adanya kepentingan partai politik tertentu.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">“Ada beberapa
partai besar di DPR RI meminta agar penyaluran BLSM tersebut melalui
Kementerian Sosial, dan sebagian partai lain meminta agar penyaluran BLSM
tersebut harus melalui kepala daerah masing-masing,” kata Koordinator Nasional
Konsorsium Masyarakat Sipil untuk Transparansi BLSM, Willy Kurniawan, di
sela-sela acara Deklarasi Satgas Pengawasan BLSM</span><span style="font-size: large;">. </span><span lang="IN" style="font-size: large;">Menurut dia dengan adanya perbedaan tentang
proses penyaluran dana BLSM kepada masyarakat miskin itu, maka parpol akan
melakukan negosiasi.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">“Tarik menarik kepentingan tersebut terjadi dalam pembahasan BLSM di
DPR RI. Hal ini terlihat ada fraksi yang menerima dan menolak kenaikan BBM dan
fraksi yang lain menanyakan berapa besar bantuan tersebut. Jadi ada dua proses
yang berbeda tetapi ada keterkaitan. Ada korelasi positif dari pertentangan
ini,” jelasnya.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">Oleh karena itu, masyarakat juga harus ikut mengawasi agar proses
penyaluran dana BLSM itu tepat sasaran.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">“Kita sudah menghimpun relawan di Jabodetabek yang
siap diterjunkan untuk mengawasi penyaluran. </span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span lang="IN" style="font-size: large;">Yang ingin kita lakukan adalah mengumpulkan data, karena kita tahu
bahwa data ini sangat rentan untuk dimanipulasi. Jadi kita akan betul-betul
mengawasi penyaluran dana BLSM ini agar tidak terjadi penyelewengan,” ujarnya
seraya mengatakan agar tidak terjadinya konflik sosial.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">Menurut dia dalam proses
penyaluran dana BLT pada periode lalu banyak sekali permasalahan dalam proses
penyalurannya “Kita tahu bahwa yang namanya BLT selama ini banyak masalah. Kita
akan mengawasi penyalurannya,” kata Willy.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">Bukan Penanggulangan
Kemiskinan Di tempat yang sama, Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan Bambang Widianto mengatakan pemberian dana BLSM
kepada 18,5 juta kepala keluarga yang ada di Indonesia sebesar Rp150 ribu/bulan
bukan dimaksudkan untuk penanggulangan kemiskinan.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">“Bantuan ini diberikan
oleh pemerintah untuk mempertahankan kesejahteraan masyarakat yang rentan
terhadap kemiskinan, bila terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM),”
katanya.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">Menurut dia, metode penyaluran dana BLSM akan diperbaiki, sehingga
penyalurannya tepat sasaran.</span><span lang="IN" style="font-size: large;">
</span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span lang="IN" style="font-size: large;">“Penyaluran dana BLT pada tahun 2005 banyak masalah karena kurangnya
pengawasan. Konsultasi kepada pemuka agama juga menjadi masalah karena yang
bersangkutan, malah memberikan dana BLT tersebut sanak saudaranya yang
seharusnya tidak masuk dalam data penerima BLT,” Bambang.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">Ke depan, lanjut dia,
pihaknya hanya akan berkonsultasi kepada masyarakat miskin, sehingga
penyalurannya lebih efektif dan tepat sasaran.</span><span lang="IN" style="font-size: large;"> </span><span lang="IN" style="font-size: large;">Pemberian dana BLSM
sebesar Rp150 ribu/bulan selama kurun waktu enam bulan itu akan disalurkan
melalui kantor Pos, sehingga masyarakat bisa datang sendiri ke kantor pos
terdekat.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">d.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">BLT/BLSM
picu konflik</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Proses
distribusi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai bentuk
kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi dapat mengakibatkan terjadinya konflik
sosial jika proses penyalurannya tidak tepat sasaran. "Yang namanya BLT
selama ini banyak masalah, dan ini akan menjadi parah, karena mengarah ke
konflik sosial, karena dampak kenaikan harga BBM ini akan lebih besar dari
dampak kenaikan yang lalu. Ini terbukti dengan banyaknya penolakan terhadap
kenaikan harga BBM," kata Koordinator Nasional Konsorsium Masyarakat Sipil
untuk Transparansi BLSM Willy Kurniawan saat ditemui dalam acara deklarasi Satgas
Pengawasan BLSM di Jakarta. Oleh karena itu pihaknya berinisiatif melakukan
pengawasan, agar tidak terjadi masalah kembali terkait penyaluran tersebut,
terkait siapa yang berhak mendapatkan bantuan dan siapa yang tidak mendapatkan
bantuan. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Karena
tanpa diawasi, diyakini akan terjadi pengulangan kesalahan tersebut. "Selama
ini kita sudah menghimpun relawan di Jabodetabek yang siap diterjunkan untuk
mengawasi penyaluran, yang ingin kita lakukan adalah mengumpulkan data, karena
kita tahu data ini sangat rentan untuk dimanipulasi. Jadi kita akan betul-betul
mengawasi penyaluran dana BLSM ini agar tidak terjadi penyelewengan,"</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Hingga
kini belum semua fraksi sepakat dengan bantuan langsung sementara masyarakat
(BLSM) sebagai kompensasi dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pasalnya,
BLSM dianggap sebagai sebuah alat politik dan menguntungkan pemerintah serta
partainya. "Jangan ada partai politik ambil keuntungan dari BLSM,"
kata Wakil Ketua DPR Pramono Anung di DPR. Selain soal BLSM, kata Pram, hampir
semua fraksi juga mempersoalkan cara pendistribusian. Sehingga hampir
dipastikan, semua keputusan bakal diambil di paripurna. "Kita setuju semua
bentuk kompensasi itu asal saja itu tepat sasaran," ujarnya. Mengenai
postur anggaran yang masih alot di dua opsi, menurut Pram akan menjadi agenda
pokok dalam paripurna besok. <br />
Dari dua agenda itu, opsi pertama menawarkan besaran subsidi energi sebesar Rp
225 triliun. Sedangkan opsi kedua adalah Rp 266 triliun.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">e.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Salah
Kaprahkah Pengelolahan Subsidi (BLSM/BLT)</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Tundingan
berbagai kalangan bahwa pemerintah lebih gemar memberi ikan daripada
menyerahkan kail bukan isapan jempol. Fakta itu bisa kita lihat dari
mengototnya pemerintah membagikan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM)
sebagai kompensasi penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) ketimbang memberi
porsi besar untuk infrastruktur. Pemerintah berniat menaikkan harga BBM Rp1.500
per liter demi mengejar penghematan subsidi sekitar Rp38 triliun. Namun,
sebagian besar hasil penghematan itu, yakni Rp25,6 triliun atau sekitar 70%,
akan dibagi-bagikan langsung seperti bantuan langsung tunai (BLT) kepada 18,5
juta rumah tangga miskin selama sembilan bulan. </span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: 31.5pt;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Hanya
5 triliun rupiah yang digunakan untuk kompensasi bagi angkutan umum sisanya
digunakan untuk beasiswa, mensubsidi beras bagi rakyat miskin dan untuk
tambahan pembangunan infrastruktur. Ironisnya pada saat yang bersamaan
pemerintah justru berniat memangkas subsidi pupuk dan benih untuk para petani.
Subsidi pupuk yang semula 16,94 triliun rupiah dipangkas dalam rancangan APBN
perubahan 2012 hingga 2,98 triliun rupiah hingga menjadi 13,94 triliun rupiah.
Subsidi benih yang semula 279,9 miliar rupiah dalam APBN 2012 dipangkas hingga
53,7% atau berkisar menjadi 129,5 miliar rupiah dalam RAPBN 2012.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;"> Pemerintah beralasan karena rendahnya realisasi penyaluran
subsidi pupuk & benih tahun – tahun sebelumnya. Padahal dampak terbesar
akibat meningkatnya harga BBM ialah melambungnya harga pangan, lonjakan harga
pangan terjadi salah satunya karena produksi pangan yang anjlok lantaran petani
mengalami rupa – rupa tekanan seperti cuaca ekstrim, hama, irigasi yang buruk
serta harga pupuk dan benih yang sangat maha. Mestinya jika pemerintah ingin
mengamankan harga pangan dari lonjakan harga BBM maka produksi pangan harus
digenjot, untuk menggenjot produksi pangan maka tekanan bertubi-tubi yang
dialami petani harus dihilangkan dan salah satunya memberi subsidi pupuk,
benih, dan mengalokasikan dana infrastruktur untuk irigasi yang jauh lebih
besar. Karena itu sangat wajar jika petani menolak skema BLT yang kini disebut
BLSM sebagai kompensasi kenaikan BBM selain tidak produktif dan tidak berdampak signifikan. Bagi mereka
bantuan darurat yang muncul sebelum kenaikan BBM itu dianggap hanya untuk menyelamatkan
citra Susilo Bambang Yudhoyono dan partai Demokrat. Hasil survey menyebutkan
jika BLT dipresentasikan sebesar 53,7% responden menyatakan SBY disebutkan
sebagai pihak yang berjasa dan 46,7% menyatakan partai demokrat paling berjasa.
Subsidi sejatinya ialah suatu usaha bagi rakyat yang didera kesulitan untuk
bangkit namun subsidi yang salah kelola dan hanya bagi – bagi uang saja justru
melahirkan ketergantungan, kemalasan, dan justru petaka yang berkepanjangan.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">f.<span style="-moz-font-feature-settings: normal; -moz-font-language-override: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span style="font-size: large; line-height: 150%;">Pertimbangkan
Bantuan Sosial Bersyarat (BLT/BLSM) dan Bandingkan Dengan BLT/BLSM Dinegara Lain</span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Pemerintah akan meluncurkan program bantuan langsung
sementara masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi kenaikan harga BBM. Sudah gagal
sejak 2005, lebih baik prioritaskan program anti kemiskinan yang berorientasi
produktivitas dan jangka panjang. Padahal, kebijakan ini dinilai hanya
mengulangi kesalahan di masa lalu. Apalagi tidak ada yang baru dari kebijakan
BLSM ini selain jumlahnya yang naik
menjadi Rp 150.000. perbedaannya, kebijakan ini ganti baju dari BLT
(2005), BLT Plus (2008), dan BLSM (2012).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Tak pelak, program tersebut langsung menuai kritik
berbagai kalangan lantaran diyakini tidak efektif karena memberikan bantuan
yang bersifat sementara. Selain itu, pemberian dana tunai melalui program BLT
juga telah membentuk budaya sedekah yang mengakibatkan masyarakat menjadi malas
dalam berusaha. Kekhawatiran tersebut didasarkan pada pengalaman BLT tahun –
tahun sebelumnya yang dinilai gagal. Sudah banyak penelitian dilakukan LSM
dalam mengkaji efektivitas program BLT. Intinya kelemahan BLT terjadi disetiap
aspek mulai dari tidak akuratnya pendataan rumah tangga sasaran (RTS) hingga
pencairan dana di kantor pos.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Database penetapan RTS yang tidak akurat, minimnya
petugas pendata, hingga indikator RTS yang tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan yang mengakibatkan BLT salah sasaran.
Ada warga yang bukan merupakan warga miskin menerima BLT dan justru yang
warga miskin tidak mendapatkan BLT. Hal ini justru akan menimbulkan gejolak
sosial dimasyarakat. Diteknis pencarian dana, sering kali letak kantor pos jauh
sehingga menyulitkan warga yang berada dipelosok, terutama kaum manula. Minimnya
sosialisasi dari pemerintah menyebabkan antrean membludak pada hari yang sama
dan tidak jarang menyebabkan korban jiwa. Padahal BLT tidak hangus dan bisa
diambil dilain hari. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Karena itu, pemerintah sudah seharusnya memikirkan
program lain yang bersifat jangka panjang. Program sosial tersebut tidak hanya
meredam kenaikan BBM, tapi juga membuat masyarakat juga keluar dari kemiskinan.
Pemerintah juga ada baiknya mencontoh program bantuan tunai bersyarat untuk pendidikan
dan juga kesehatan seperti dinegara – negara lain. Selama ini pemberian dana
tunai tanpa syarat boleh dikatakan hanya ada di Indonesia. Di negara – negara lain
program bantuan tunai dilakukan secara kondisional dan bersyarat. Di brasil misalnya program
bantuan tunai bersyarat tersebut bernama Bolsa Escola. Ini merupakan program
pemberian bantuan tunai kepada penduduk miskin dengan persyaratan tertentu. Mekanisme
tersebut mengharuskan penduduk miskin memprioritaskan penggunaan dananya untuk
pendidikan dan kesehatan. Hal ini agar masyarakat tidak menggunakan dana
tersebut untuk hal yang konsumtif. Program ini juga berpotensi meningkatkan
kesejahteraan anggota keluarga dimasa yang akan datang. Pendidikan dan
kesehatan anggota keluarga dianggap sebagai aset yang dapat membantu keluarga
bersangkutan untuk keluar dari jerat kemiskinan dimasa yang akan datang. Masih
banyak program – program sosial bersyarat yang dilakukan dinegara lain. Jika melihat
contoh dinegara brasil tadi mengenai mekanisme pemberian dana bersyarat tadi
memang tidak memberikan efek yang dapat dirasakan secara langsung namum
beberapa tahun kemudian. Program – program tersebut lebih berorientasi jangka
panjang dengan tujuan meningkatkan kualitas pembangunan manusia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: center; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">KESIMPULAN </span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: large; line-height: 150%;">Perlunya pengkajian ulang mengenai tidakan yang
seharusnya diambil pemerintah mengenai peningkatan kesejahteraan manusia sangat
perlu dilakukan. Melihat hal yang diambil saat ini oleh pemerintah mengenai
cara peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat kurang tepat dikarenakan hal
yang sama pernah dilakukan dan hasilnya pun sangat tidak memuaskan. Solusi yang
seharunya dikeluarkan pemerintah saat ini harus yang bersifat jangka panjang
yang bukan hanya dapat langsung dinikmati hasilnya saat itu saja oleh
penduduk miskin. Pendidikan dan
kesehatan bisa dikatakan sebagai kunci untuk membuat solusi baru dimana dapat
meningkatkan kualitas pembangunan manusia di Indonesia. Mekanisme yang ditawarkan
dalam program BLSM pun dapat dikatakan sangat tidak efektif karena banyak BLSM
yang jatuh pada sasaran yang tepat dan bisa dikatakan pula kebijakan BLSM yang
tidak memiliki syarat yang kongkrit
tentang bagaimana cara memperolehnya justru malah membuat ketergantungan bagi
penduduk miskin dinegara kita.</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; margin-left: 40.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="color: white; font-family: Times,"Times New Roman",serif; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>Novyan Andriantohttp://www.blogger.com/profile/04433902486037413266noreply@blogger.com1